Di zaman sekarang, informasi ada di ujung jari. Sayangnya, masih banyak orang yang memilih percaya pada mitos daripada fakta, terutama soal HIV. Padahal, dengan ilmu yang benar, kita bisa mengubah stigma menjadi dukungan, dan rasa takut menjadi kepedulian.
HIV sering kali langsung dihubungkan dengan rasa takut: takut tertular, takut dekat, bahkan takut sekadar ngobrol. Padahal, fakta medisnya jelas HIV tidak menular lewat berjabat tangan, pelukan, duduk bersebelahan, atau makan bersama. Penularan hanya terjadi lewat jalur tertentu, seperti hubungan seksual tanpa kondom, berbagi jarum suntik, atau dari ibu ke anak saat kehamilan, persalinan, dan menyusui jika tanpa pengobatan. Artinya, berinteraksi sehari-hari itu aman, 100%!
Sekarang bayangkan…
Ada teman atau saudara yang kita kenal, tiba-tiba didiagnosis HIV. Apa yang akan kita lakukan? Menjauh karena takut? Atau tetap ada di sisinya?
Kalau kita memilih menjauh, kita hanya menambah beban mental mereka. Orang yang hidup dengan HIV (ODHIV) butuh dukungan, bukan jarak. Mereka bukan virusnya, mereka adalah manusia yang punya mimpi, cita-cita, dan perasaan sama seperti kita.
HIV hari ini bukanlah “vonis mati” seperti yang sering dibicarakan di masa lalu. Dengan pengobatan ARV (antiretroviral) yang teratur, ODHIV bisa hidup sehat, bekerja, berkeluarga, bahkan punya anak yang bebas HIV. Banyak yang justru lebih disiplin menjaga kesehatan daripada orang yang tidak punya HIV.
Masalahnya, stigma sosial sering lebih mematikan daripada virusnya. Cibiran, tatapan sinis, atau bahkan pengucilan membuat ODHIV merasa sendirian. Padahal, satu kata dukungan dari kita bisa jadi energi besar untuk mereka terus semangat menjalani hidup.
Coba ingat, kapan terakhir kali kita benar-benar mendengarkan seseorang tanpa menghakimi? Mungkin ini saatnya mulai dari hal kecil:
- Tersenyum ketika bertemu
- Menyapa dengan hangat
- Mengajak ngobrol tanpa rasa canggung
- Menawarkan bantuan ketika mereka butuh
Itu semua sederhana, tapi berarti luar biasa.
Jadi, yuk kita ubah pola pikir: HIV bukan alasan untuk menjauh, tapi justru alasan untuk mendekat dan saling menguatkan. Karena di dunia yang kadang terasa dingin, menjadi orang yang memberi kehangatan adalah bentuk keberanian yang sesungguhnya.
Lain kali kalau kita dengar kabar seseorang hidup dengan HIV, jangan buru-buru menghakimi. Sebaliknya, jadilah orang yang hadir untuk memberi dukungan. Karena siapa tahu, suatu hari nanti, kebaikan itu akan berbalik kepada kita di saat kita paling membutuhkannya.