Bayangkan Anda sedang berbicara dengan seorang teman yang baru saja memulai pengobatan ARV. Dia bercerita dengan nada datar, “Kadang aku capek minum obat terus. Rasanya pengen berhenti aja.”
Situasi seperti ini bukan hal asing. Banyak Orang dengan HIV (ODHIV) mengalami fase “jenuh obat” di tengah perjalanan pengobatan. Padahal, kepatuhan minum ARV itu ibarat kunci utama agar virus tetap terkendali, imun tubuh tetap kuat, dan hidup tetap berkualitas.
Lalu, bagaimana caranya membantu mereka menemukan kembali semangat untuk patuh minum obat tanpa menggurui, tanpa memaksa, tapi justru membuat mereka merasa ini pilihan mereka sendiri?
Di sinilah Motivational Interviewing (MI) memainkan peran penting.
Apa itu Motivational Interviewing?
Motivational Interviewing adalah teknik komunikasi yang fokus pada membangun motivasi dari dalam diri seseorang, bukan memaksakan perubahan dari luar. Ibaratnya, bukan kita yang mendorong mereka, tapi kita membuka pintu agar mereka mau melangkah sendiri.
Teknik ini sangat relevan dengan kondisi sekarang, di mana banyak ODHIV merasa lelah dengan rutinitas, stigma masih ada di sekitar, dan informasi beredar campur aduk di media sosial. MI membantu tenaga kesehatan, konselor, bahkan pendamping sebaya untuk connect secara emosional dengan pasien.
Kenapa MI Cocok untuk Kepatuhan ARV Saat Ini
Realita di lapangan menunjukkan beberapa tantangan:
- Jenuh minum obat: Bosan karena harus minum setiap hari seumur hidup.
- Efek samping: Ada yang mengalami pusing, mual, atau perubahan fisik yang membuat minder.
- Gangguan psikologis: Depresi atau cemas yang membuat pasien lalai.
- Kurangnya dukungan sosial: Ada yang harus menyembunyikan obat karena takut diketahui orang lain.
Motivational Interviewing hadir dengan pendekatan yang empati, non-judgmental, dan kolaboratif, sehingga pasien merasa aman untuk bercerita jujur.
Bagaimana MI Bekerja di Kehidupan Nyata
Bayangkan suasana konseling:
Seorang konselor tidak langsung berkata, “Kamu harus minum obat, kalau nggak nanti sakit.”
Sebaliknya, dia mungkin mulai dengan,
“Boleh ceritakan, apa yang membuat kamu kadang lupa atau enggan minum obat?”
Pertanyaan ini sederhana, tapi membuka ruang dialog. Lalu konselor mendengarkan aktif, mengulang kembali poin penting, dan memvalidasi perasaan pasien.
Misalnya, jika pasien berkata, “Aku bosen banget, tiap hari gini terus,” konselor bisa merespons:
“Wajar banget merasa bosan. Banyak orang yang mengalami hal sama. Menurut kamu, apa yang bisa bikin rutinitas ini lebih ringan?”
Dengan begitu, pasien merasa pendapatnya dihargai, dan perlahan-lahan menemukan motivasi sendiri.
Kunci Keberhasilan MI dalam Kepatuhan ARV
- Mendengar lebih banyak daripada bicara
Pasien butuh ruang untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya tanpa interupsi. - Menghargai setiap langkah kecil
Bahkan jika pasien mulai minum obat lebih teratur 3 hari berturut-turut, itu layak diapresiasi. - Memunculkan alasan dari pasien sendiri
“Aku mau sehat supaya bisa main sama anak” akan jauh lebih kuat daripada “Katanya dokter harus minum obat.” - Tidak menghakimi
Kritik atau nada menggurui justru membuat pasien defensif.
MI dan Era Digital
Di era sekarang, MI bisa dilakukan tidak hanya tatap muka, tapi juga lewat telekonseling, chat pendamping sebaya, atau video call. Bahkan banyak komunitas HIV memanfaatkan grup WhatsApp sebagai ruang saling menyemangati, dengan gaya MI yang santai tapi tetap fokus.
Misalnya, jika seseorang di grup berkata, “Aduh, lupa minum obat kemarin,” pendamping tidak langsung marah, tapi merespons:
“Terima kasih udah jujur cerita. Menurut kamu, apa yang bisa bantu supaya nggak lupa lagi?”
Pendekatan ini lebih ramah dan membangun kepercayaan.
Kesimpulan
Kepatuhan minum ARV bukan sekadar soal disiplin, tapi soal motivasi dari dalam diri.
Motivational Interviewing adalah jembatan yang menghubungkan tenaga kesehatan, pendamping, dan pasien dalam perjalanan panjang melawan HIV. Dengan mendengar, memahami, dan memberdayakan pasien, kita membantu mereka bukan hanya untuk patuh minum obat, tapi juga untuk memegang kendali penuh atas hidupnya.
Dan ingat, di balik setiap pil yang diminum, ada harapan yang terus hidup.