Pernah nggak sih kamu merasa ada “bagian kecil” dari dirimu yang masih sedih, takut, atau marah? Bagian itu seperti anak kecil yang terjebak di dalam hati menyimpan luka yang belum sempat sembuh. Nah, itulah yang sering disebut sebagai inner child.
Bagi sebagian remaja ODHIV (Orang dengan HIV), inner child ini bisa terluka cukup dalam. Bukan cuma karena tantangan kesehatan yang mereka hadapi, tapi juga karena pengalaman hidup yang kadang penuh stigma, penolakan, atau rasa “berbeda” dari teman-teman sebaya. Luka ini nggak selalu kelihatan di luar, tapi efeknya bisa terasa banget: mudah cemas, minder, bahkan sulit percaya pada orang lain.
Tapi kabar baiknya luka batin itu bisa disembuhkan. Dan prosesnya? Bisa dimulai sekarang juga.
Mengenal Luka Batin di Balik Senyum
Banyak remaja ODHIV yang pintar banget menyembunyikan rasa sakit mereka. Di sekolah, mereka bisa tertawa bareng teman, aktif di media sosial, bahkan terlihat “baik-baik saja”. Tapi di balik layar, ada pertanyaan yang sering muncul:
“Kenapa aku?”
“Apa orang bakal menerimaku kalau tahu?”
“Apa aku bisa punya masa depan yang normal?”
Rasa takut ditolak ini sering membuat mereka menahan diri untuk bercerita. Padahal, semakin lama luka itu disimpan sendiri, semakin berat rasanya.
Proses Healing: Bukan Sulap, Tapi Perjalanan
Healing inner child bukan soal melupakan masa lalu, tapi berdamai dengannya. Buat remaja ODHIV, proses ini bisa dimulai dengan beberapa langkah kecil namun berarti:
- Mengakui perasaan sendiri
Berhenti bilang “Aku harus kuat terus” setiap saat. Kadang, nangis itu perlu. Mengakui rasa sedih, marah, atau takut adalah bagian dari penyembuhan. - Cari orang yang aman untuk bercerita
Bisa sahabat, konselor, atau komunitas yang mengerti kondisi ODHIV. Ketika kamu didengar tanpa dihakimi, luka hati terasa lebih ringan. - Memberi pelukan pada diri sendiri
Kedengarannya aneh, tapi coba deh. Bayangkan kamu memeluk versi kecil dirimu yang dulu ketakutan. Katakan, “Aku di sini, kamu nggak sendirian lagi.” - Berkreasi sebagai terapi
Musik, menulis, melukis apapun yang bikin hati lega. Banyak remaja menemukan cara ini ampuh untuk mengekspresikan rasa yang sulit diucapkan.
Realita Sekarang: Tantangan dan Harapan
Di era sekarang, akses informasi soal HIV sudah jauh lebih terbuka. Ada kampanye anti-stigma, layanan kesehatan yang ramah remaja, dan komunitas yang saling dukung. Tapi, stigma di lingkungan sekitar masih ada, dan itu bisa bikin proses healing jadi lambat kalau tidak ada dukungan.
Karena itu, penting banget buat lingkungan keluarga, sekolah, dan teman untuk belajar memahami bahwa remaja ODHIV bukan hanya “pengidap penyakit”, tapi manusia utuh dengan mimpi, potensi, dan hak untuk bahagia.
Kamu Berhak Pulih dan Bahagia
Healing itu bukan tanda kelemahan, tapi keberanian. Kamu mungkin nggak bisa mengubah masa lalu, tapi kamu bisa memeluk inner child itu dan bilang: “Kita akan baik-baik saja.”
Dan ingat kamu nggak sendirian. Selalu ada jalan untuk menyembuhkan luka batin, membangun kepercayaan diri, dan menciptakan masa depan yang kamu mau.
Kalau kamu membaca ini dan merasa relate, mungkin ini waktunya untuk mulai perjalanan healing-mu. Siapa tahu, langkah kecil hari ini bisa jadi awal dari hidup yang lebih tenang, kuat, dan penuh cinta terutama untuk dirimu sendiri.