Bagi sebagian orang, menerima kabar bahwa dirinya hidup dengan HIV (ODHIV) adalah titik balik terbesar dalam hidup. Sebuah momen yang mengubah cara pandang, cara hidup, bahkan cara memaknai waktu yang kita punya di dunia. Namun di balik segala ujian itu, banyak ODHIV menemukan satu hal yang sama: semakin dekat pada Tuhan, semakin kuat pula langkah mereka untuk menjauh dari perilaku berisiko.
Bayangkan ini: seseorang yang dulu hidup tanpa arah, terjebak dalam pergaulan bebas, atau merasa tidak peduli pada konsekuensi. Namun, ketika realita mengetuk pintu, mereka mulai mencari pegangan yang kokoh dan sering kali, pegangan itu adalah Tuhan.
Mendekat pada Tuhan bukan sekadar soal berdoa atau datang ke tempat ibadah. Itu tentang menyelaraskan hati, memperbaiki cara pandang hidup, dan mengisi waktu dengan hal-hal yang membawa ketenangan. Saat hati terisi penuh dengan harapan dan rasa syukur, keinginan untuk kembali pada kebiasaan lama yang berisiko perlahan menghilang.
Banyak ODHIV yang berbagi cerita bagaimana iman memberi mereka kekuatan untuk:
- Menghargai diri sendiri: Menyadari bahwa tubuh adalah titipan yang harus dijaga.
- Menjaga hubungan: Memilih pertemanan yang positif dan mendukung.
- Meninggalkan masa lalu: Tidak lagi terjebak dalam lingkaran perilaku berisiko seperti seks tanpa kondom atau penggunaan narkoba suntik.
- Menemukan tujuan hidup: Mengalihkan energi ke hal-hal yang bermanfaat, seperti bekerja, berkarya, atau membantu orang lain yang senasib.
Kedekatan dengan Tuhan juga membantu mengikis rasa malu, bersalah, dan putus asa. Sebab, keyakinan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua adalah bahan bakar yang membuat mereka tetap melangkah.
Refleksi ini bukan hanya untuk ODHIV. Kita semua, siapa pun, bisa mengambil pelajaran. Bahwa hidup akan selalu punya rintangannya, tetapi dengan pondasi iman yang kuat, kita lebih siap menghadapinya. Dan saat kita memutuskan untuk menjaga diri, menjauh dari perilaku berisiko, itu bukan sekadar pilihan sehat itu adalah bentuk rasa syukur atas hidup yang Tuhan percayakan.
Hidup dengan HIV bukan akhir segalanya. Justru, bagi banyak orang, itu adalah awal perjalanan baru yang lebih bermakna. Awal untuk lebih mencintai diri, lebih menghargai waktu, dan yang terpenting lebih dekat pada Tuhan.
Kalau kamu diberi kesempatan kedua untuk memulai hidup yang lebih baik, langkah pertamamu akan ke mana?