ArtikelHIV-AIDS

Remaja “Open Relationship”: Apakah Aman dari HIV?

1
×

Remaja “Open Relationship”: Apakah Aman dari HIV?

Share this article

Beberapa tahun terakhir, istilah “open relationship” semakin sering terdengar di kalangan remaja dan anak muda. Hubungan terbuka dianggap sebagai tren baru dalam menjalin relasi, di mana seseorang dan pasangannya sepakat untuk tidak membatasi diri hanya pada satu pasangan. Sebagian remaja melihat ini sebagai bentuk kebebasan, kejujuran, atau cara untuk mengeksplorasi pengalaman baru dalam cinta dan seksualitas.

Namun, di balik rasa penasaran dan euforia tersebut, ada pertanyaan penting yang sering luput: apakah open relationship aman dari risiko HIV dan infeksi menular seksual (IMS)?

Apa Itu Open Relationship?

Secara sederhana, open relationship adalah hubungan romantis di mana kedua belah pihak sepakat untuk tetap menjalin hubungan, tetapi juga membuka ruang untuk memiliki kedekatan atau bahkan aktivitas seksual dengan orang lain.
Konsep ini sering dianggap lebih “jujur” dibanding perselingkuhan karena dilakukan dengan persetujuan bersama. Tapi, kejujuran dalam hubungan tidak selalu berbanding lurus dengan keamanan kesehatan seksual.

Risiko HIV dan IMS dalam Open Relationship

Remaja perlu tahu bahwa HIV dan berbagai IMS menular bukan hanya melalui hubungan seks tanpa perasaan, tetapi melalui kontak fisik seksual yang tidak terlindungi. Jadi, meskipun ada kejujuran dan kesepakatan dalam open relationship, risiko tetap ada, bahkan bisa lebih tinggi dibanding hubungan monogami.

Beberapa faktor yang membuat risiko meningkat antara lain:

  1. Banyaknya pasangan seksual
    Semakin banyak pasangan, semakin besar kemungkinan terpapar HIV atau IMS dari salah satu di antaranya.
  2. Kurangnya penggunaan kondom
    Realitanya, banyak remaja merasa canggung atau malas menggunakan kondom, padahal ini adalah pelindung paling sederhana dan efektif.
  3. Status kesehatan pasangan tidak diketahui
    Tidak semua orang rutin tes HIV atau IMS. Jika tidak ada keterbukaan tentang status kesehatan, maka risikonya lebih besar.
  4. Rantai penularan lebih luas
    Dalam open relationship, jika satu orang terinfeksi, potensi penularannya bisa menyebar lebih cepat ke banyak pihak.

Apakah Open Relationship Bisa Aman?

Jawabannya: lebih aman bukan berarti sepenuhnya aman.
Beberapa langkah pencegahan bisa menurunkan risiko, misalnya:

  • Tes HIV dan IMS secara rutin
    Minimal 6 bulan sekali, atau lebih sering jika aktif secara seksual dengan banyak pasangan.
  • Bangun komunikasi terbuka tentang kesehatan
    Open relationship bukan hanya soal kejujuran dalam “izin punya pasangan lain”, tapi juga jujur tentang kesehatan seksual.
  • Pertimbangkan penggunaan PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis)
    Obat pencegah HIV yang bisa digunakan oleh orang dengan risiko tinggi, termasuk mereka yang memiliki banyak pasangan seksual.

Edukasi Seksual Itu Penting

Sayangnya, banyak remaja terjun ke open relationship tanpa pemahaman cukup tentang risiko kesehatan. Edukasi seksual sering dianggap tabu, padahal justru sangat penting.
Membicarakan tentang HIV, IMS, penggunaan kondom, dan tes kesehatan bukanlah tanda “kurang cinta”, melainkan bukti peduli terhadap diri sendiri dan pasangan.

Kesimpulan

Open relationship mungkin terdengar menarik bagi sebagian remaja yang ingin mencoba kebebasan dalam hubungan. Namun, kebebasan tanpa tanggung jawab bisa berujung pada risiko serius, salah satunya HIV.

Pertanyaannya bukan hanya “bolehkah aku punya open relationship?” tetapi juga:
👉 “Apakah aku siap menjaga kesehatan diriku dan pasanganku?”

Karena pada akhirnya, hubungan apa pun monogami atau terbuka akan lebih sehat jika diiringi dengan pengetahuan, proteksi, dan rasa tanggung jawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *