ArtikelDigitalRemaja

Dating Online Tanpa Proteksi: Gerbang HIV yang Jarang Disadari

1
×

Dating Online Tanpa Proteksi: Gerbang HIV yang Jarang Disadari

Share this article

Pernah nggak sih kamu merasa lebih gampang menemukan pasangan atau teman ngobrol lewat aplikasi dating online? Swipe kanan, match, lalu lanjut ke obrolan seru yang bisa berujung pada pertemuan nyata. Seru, praktis, dan terasa modern banget.

Tapi, di balik keseruan itu, ada hal penting yang jarang disadari banyak orang: risiko penularan HIV dan IMS (Infeksi Menular Seksual) ketika hubungan dilakukan tanpa proteksi. Yup, dating online yang seolah membuka “gerbang cinta instan” ini ternyata bisa juga membuka gerbang HIV kalau kita lengah.

Dating Online: Tren yang Tak Bisa Dibendung

Saat ini, aplikasi dating online sudah jadi bagian dari gaya hidup. Banyak orang menggunakannya bukan hanya untuk mencari jodoh, tapi juga sekadar teman ngobrol, teman jalan, bahkan hubungan kasual.

Namun, karena sifatnya cepat dan instan, pertemuan lewat dating online sering kali tidak diiringi dengan proses saling mengenal lebih dalam, apalagi soal riwayat kesehatan seksual. Di sinilah letak masalahnya.

Bayangkan: dua orang yang baru kenal di dunia maya, lalu bertemu di dunia nyata, dan akhirnya berhubungan intim tanpa kondom. Kedekatan yang cepat bisa jadi shortcut menuju risiko kesehatan yang panjang.

Mengapa Dating Online Bisa Jadi Gerbang HIV?

Ada beberapa alasan mengapa aplikasi dating online berpotensi menjadi jalur penularan HIV yang jarang kita sadari:

  1. Interaksi yang cepat
    Dari “hai” ke “ketemu” bisa terjadi hanya dalam hitungan jam. Proses ini memotong waktu untuk mengenal lebih jauh, termasuk membicarakan isu kesehatan.
  2. Multiple partners
    Dating online memungkinkan seseorang bertemu lebih dari satu pasangan dalam waktu singkat. Hal ini meningkatkan kemungkinan kontak seksual berisiko.
  3. Kurangnya edukasi tentang HIV & IMS
    Masih banyak yang berpikir HIV hanya “milik kelompok tertentu”. Padahal faktanya, siapa pun bisa tertular kalau melakukan seks tanpa proteksi.
  4. Minimnya pembicaraan soal proteksi
    Ayo jujur, berapa banyak dari kita yang berani ngomong duluan soal pakai kondom saat pertama kali ketemu? Rasa sungkan sering kali membuat proteksi jadi “opsional”, padahal justru itulah kunci pencegahan.

Fakta yang Harus Kamu Tahu

  • Menurut data UNAIDS, penularan HIV masih didominasi oleh hubungan seksual tanpa kondom.
  • Banyak kasus baru HIV ditemukan pada kelompok usia muda (18–30 tahun), yaitu kelompok yang paling aktif menggunakan aplikasi dating.
  • IMS lain seperti sifilis, gonore, dan klamidia juga meningkat seiring tren dating online, dan keberadaan IMS ini bisa meningkatkan risiko HIV hingga 3 kali lipat.

Proteksi Bukan Berarti Nggak Romantis

Ada mitos yang bilang kalau pakai kondom bisa merusak suasana atau mengurangi keintiman. Padahal, proteksi justru bentuk kepedulian dan rasa tanggung jawab terhadap pasangan.

Bayangkan kalau pasanganmu justru merasa lebih dihargai karena kamu peduli dengan keselamatan bersama. Bukankah itu bentuk kasih sayang yang sebenarnya?

Selain kondom, ada juga langkah-langkah lain yang bisa dilakukan, seperti:

  • Tes HIV rutin (minimal 6 bulan sekali bagi yang aktif secara seksual).
  • Menggunakan PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis) bagi yang sering berganti pasangan, sebagai pencegahan tambahan.
  • Komunikasi terbuka dengan pasangan soal kesehatan seksual.

Saatnya Melek, Bukan Ngeri

Tulisan ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk membuka mata. Dating online bukanlah musuh. Justru, ia bisa jadi sarana menyenangkan untuk bertemu orang baru. Namun, jangan biarkan keseruan sesaat merugikan masa depan panjangmu.

Kalau kamu bisa memilih filter foto terbaik untuk profilmu, kenapa nggak bisa memilih proteksi terbaik untuk kesehatanmu?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *